Teror Jarum Suntik di Keramaian Eropa, Kekerasan Seksual Bentuk Baru Mengincar Perempuan Muda

Teror Jarum Suntik di Keramaian Eropa, Kekerasan Seksual Bentuk Baru Mengincar Perempuan Muda

30 June 2025

Kabar Maju - musimnya konser terbuka, festival, dan acara besar di Eropa. Dan lagi-lagi, perempuan menjadi korban penusukan dengan jarum. Di Prancis, setelah kasus di FΓͺte de la Musique, 145 perempuan melaporkan kasus serupa ke kantor polisi, demikian dikatakan Kementerian Dalam Negeri Prancis.

Sebagian besar korbannya adalah perempuan muda berusia antara 14 dan 20 tahun, yang melaporkan tiba-tiba merasa kena tusuk di tengah kerumunan. Sering kali bagian yang ditusuk adalah di lengan atau bahu.

Kasus demi kasus, seperti dikutip dari DW Indonesia , Senin (30//2025), membawa langkah polisi untuk menyelidiki insiden-insiden terkait di beberapa kota seperti Paris, Metz, Rouen, dan Tours.

Serangan penusukan jarum terhadap perempuan adalah bentuk kekerasan seksual. Apakah suatu zat benar-benar disuntikkan masih belum jelas. Ketakutan terhadap apa yang disebut "needle spiking" tersebut kini meneror kalangan perempuan di perkotaan. Rasa bebas terenggut saat mengunjungi festival musik, pesta musim panas, dan acara besar.

Apa itu "Needle Spiking"?

"Needle Spiking” adalah penusukan diam-diam dengan jarum atau suntikan. Para korban – biasanya perempuan muda – diduga disuntik zat asing agar mereka kehilangan kesadaran atau tak berdaya. Wanita yang berada di kerumunan padat – seperti di lantai dansa festival atau acara besar – menjadi target paling rentan.

Sering kali korban tidak merasakan tusukan secara langsung; rasa nyerinya tertutupi hiruk pikuk. Baru kemudian terlihat warna kemerahan atau bintik kebiruan di bekas tusukan. Beberapa korban melaporkan bahwa mereka mengalami rasa pusing, mual, dan lemas.

Melihat banyak kasus dalam beberapa tahun terakhir, sangat mungkin bahwa para korban memang ditusuk dengan benda tajam. Namun, apa ada zat yang disuntikkan, masih belum jelas.

Banyak dokter dan ahli forensik meragukan bahwa suntikan bisa dilakukan tanpa disadari karena korban bergerak cepat dan proses injeksi memerlukan waktu.

Meski memang diserang dengan benda tajam, namun menurut ahli, gejala seperti halusinasi hebat, kehilangan ingatan panjang, kehilangan kendali total, dan kehilangan kesadaran pada korban lebih sering disebabkan oleh alkohol berlebihan (kadang dikombinasikan narkoba) atau karena drink spiking, yaitu zat dibubuhkan ke dalam minuman.

Zat Apa yang Diduga Digunakan?

Dalam drink spiking, sering digunakan zat GHB – dikenal sebagai "zat rudapaksa", atau ekstasi cair, atau zat yang bikin sempoyongan alias ”K.O. drops".

GHB, singkatan dari gamma‑hydroxybuttersΓ€ure, hadir sebagai cairan tak berwarna dengan rasa asin, atau bentuk bubuk atau tablet. Efeknya muncul 10–30 menit dan bisa bertahan hingga tiga jam.

Dalam dosis sedang, GHB dapat menimbulkan efek relaksasi, euforia, dan rangsangan seksual, tetapi juga menekan detak jantung dan pernapasan. Dalam dosis sangat tinggi, bahkan bisa menyebabkan hilang kesadaran.

Dahulu kala, GHB digunakan untuk anestesi. Namun dihentikan karena efek samping yang sangat serius. Jika dikombinasikan dengan alkohol dan narkoba stimulan seperti kokain, speed, atau ekstasi, risikonya bisa sangat berbahaya.

Selain GHB, yang juga jadi terdakwa adalah zat sedativa – semacam obat penenang – seperti anestesi ketamin dan benzodiazepin. Obat-obatan ini biasanya digunakan untuk mengatasi kecemasan dan gangguan tidur.

Namun sulit untuk kemudian membuktikan apakah ada zat yang disuntiukkan atau jika ya, zat mana yang digunakan juga sulit karena zat-zat tersebut cepat diurai tubuh.

Asal-usul "Needle Spiking"

Laporan besar pertama muncul tahun 2021 di Inggris. Dalam waktu singkat, ratusan perempuan melaporkan telah ditusuk diam-diam di kaki, lengan, atau punggung di klub. Laporan serupa segera berkembang di Spanyol, Belgia, Belanda, Jerman, dan Prancis.

Adakah profil pelaku?

Kekerasan terhadap perempuan di ruang publik Eropa meningkat dalam beberapa tahun terakhir. Setelah serangan terbaru di Prancis, 12 pria berusia 19–44 tahun ditangkap, namun dibebaskan karena tidak ada bukti seperti jarum atau benda tajam yang ditemukan.

Kementerian Dalam Negeri Prancis menyatakan bahwa di media sosial sempat tersebar ajakan untuk menusuk perempuan saat berlangsung Festival Musik FΓͺte de la Musique di Paris. Kelompok misoginis dan pembuat onar ini bersama-sama saling berbagi tips kekerasan terhadap perempuan. Serangan jarum menjadi bagian dari strategi mereka.


Editor : Qurrota A'yun